Andalusia. Di sekitarnya taman-taman dan tunas pepohonan tersinari cahaya matahari berwarna
keemasan. Ia memang tampak seperti lingkaran emas!
Di bawah kedua bukitnya, mengalir sungai yang bening laksana perak murni. Perahu-perahu
kecil berlayar membentangkan layar bagaikan kepak sayap merpati dan hijau daun yang
merindukan bunga. Para nelayan bertolak dengan diiringi nyanyian. Penuh cinta.... Penuh cita.
Sarat kesungguhan dan patriotik! Mereka melantunkan nyanyian dengan bermusikkan angin
sepoi-sepoi namun terdengar layaknya seorang penyanyi mahir dengan suara merdu. Sebuah
nyanyian yang menyirnakan ombak derita, tercopot oleh setiap bait lagu yang mereka nyanyikan.
Di atas sungai, terbentang jembatan panjang yang dibangun Umar bin Abdul Aziz. Jembatan itu
berdiri tegak dengan angkuh, seolah hendak menunjukkan kejayaan pemerintahan abad ke-XVII.
Kokohnya seakan tengah menyuratkan pesan ketidakmampuan zaman mana pun untuk
menandinginya.
Demikianlah gambaran Cordova pada tahun 423 M. Pada masa pemerintahan Abu Hazm binJahwar di saat para penguasa terlena gelimang jabatan dan kekayaan" sehingga banyak timbul
kekacauan, kesengsaraan, bahkan kemusnahan kota tersebut.
Inilah Cordova pada masa sang pahlawan, Lidinillah, harapan dunia dan kiblat setiap umat.
Dialah sosok panutan belahan timur dan barat. Pancaran cahayanya mampu membinarkan mata
di mana setiap pencari ilmu dari seluruh pelosok negeri berguru kepadanya. Mudah-mudahan
mereka mendapatkan ilmunya walau sedikit. Atau, mereka bisa mendapat petunjuk di tempat api
klik disini untuk membaca kelanjutan cerita ini free download




0 komentar :
Post a Comment
kritik dan saran serta komentar yang membangun, sangat kami hargai.